MAKALAH ANALISIS FISIKO KIMIA
SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
Disusun Oleh :
Arofah Hajah
Icha Febrilia Utami E
Yosepha
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2015 KATA PENGANTAR
Segala
puji marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Fisiko Kimia yang
berjudul “Spektrofotometer Serapan Atom.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Fisiko Kimia dan juga
untuk menambah wawasan mahasiswa tentang prinsip dan kegunaan alat
spektrofotometer sarapan atom ini.
Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapakan demi kesempurnaan makalah
ini.
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak
pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa tidak
setiap manusia lebih dituntut dam diarahkan kearah ilmu pengetahuan di segala
bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun
tidak luput dari sorotan perkembangan iptek. Belakangan ini telah lahir ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis kimia. Salah satu
dari bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA).
Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna
sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom
telah dikenal bertahun-tahun yang lalu. Dewasa ini penggunaan istilah
spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh
suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang tertentu.
Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain semula merupakan
akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar,
kadang-kadang dapat terlihat tetes-tetes sampel yang belum menguap dari puncak
nyala, dan gas-gas itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai
akibat tekanan rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi, lagi pula sistem
optis itu tidak memeriksa seluruh nyala, melainkan hanya mengurusi suatu daerah
dengan jarak tertentu di atas titik puncak pembakar.
Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur
dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala,
tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan
dengan spektrometri serapan atom. Untuk analisis dengan garis
spectrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan
antara 200-300 nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala. Untuk analisis
kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu
proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat
dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama
lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
·
Apa yang
dimagsud dengan spektrofotometer serapan atom ?
·
Bagaimana cara
kerja spektrofotomter serapan atom ?
·
Apa kelebihan
dan kekurangan spektrofotometer serapan atom dibanding dengan alat lain ?
·
Apa saja contoh
penelitian yang dilakukan dengan spetrofotometer seapan atom ?
1.3 Tujuan perumusan masalah
·
Untuk mengetahui
apa yang dimagsud dengan spektrofotometer serapan atom
·
Untuk mengetahui
cara kerja dari alat spektrofotometer serapan atom
·
Untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan spektrofotometer serapan atom
·
Untuk mengetahui
contoh analisis yang dilakukan dengan spektrofotometer serapan atom
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama
kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat itu menelaah
garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan
Walsh di tahun 1995. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada
cara-cara spektrofotometrik atau metode spektrografik. Beberapa cara ini
dianggap sulit dan memakan banyak waktu, kemudian kedua metode tersebut segera
diagantikan dengan Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu
alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan
metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skooget al., 2000).
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi
konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan
energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan
tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi
tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang
400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang
200-300 nm (Skoog et al., 2000).Untuk analisis kualitatif, metode fotometri
nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik
(hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu
perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis
dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala
dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di
bandingkan spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang
tereksitasi kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya,
garam-garam logam akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala
tersebut mengeksitasi atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik.
Sedangkan absorpsi atom merupakan proses di mana atom dalam keadaan energy
rendah menyerap radiasi dan kemudian tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh
atom disebabkan oleh adanya interaksi antara satu elektron dalam atom dan
vektor listrik dari radiasi elektromagnetik.
Ketika menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan
energi tertentu ke keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital
2p. Pada kondisi ini, atom-atom di katakan berada dalam keadaan tereksitasi
(pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali pada keadaan dasar (energi
terendah) dengan melepaskan foton pada energy yang sama. Atom dapat
mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energy foton (hν)
tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan
dasar (G)
2.2 Komponen
Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA) adalah
sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen yang terdiri dari
sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor. Analisa sample di
lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi konsentrasi standard dan
menggunakan hukum Beer untuk menentukan konsentrasi sample yang tidak
diketahui. Walaupun komponen-komponenya sama, akan tetapi sumber cahaya dan
tempat sampel yang digunakan pada SSA memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dari yang digunakan dalam spektrometri molekul (misal: UV/Vis).
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar
0.001 nm, maka tidak mungkin untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti
pada spektrometri molekuler dengan dua alasan utama sebagai berikut:
(a) Pita-pita
absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari pita-pita yang
dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya kontinyu digunakan,
maka pita radiasi yang di berikan oleh monokromator jauh lebih lebar dari pada
pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak mempunyai kesempatan untuk
diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas atau kepekaan SSA menjadi jelek.
(b) Karena banyak
radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh atom, maka sumber cahaya
kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk menghasilkan energi yang besar di
dalam daerah panjang gelombang yang sangat sempit atau perlu menggunakan
detektor yang jauh lebih sensitif dibandingkan detektor fotomultiplier biasa,
akan tetapi di dalam prakteknya hal ini tidak efektif sehingga tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali
jika pita emisi lebih sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua
panjang gelombang yang dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh
sampel tersebut. Gambar.2 menunjukkan perbandingan pita absorpsi atom dan pita
spektrum sumber cahaya kontinyu yang dihasilkan oleh monokromator. Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar radiasi tidak dapat diabsorpsi
karena panjang gelombangnya tidak berada pada daerah pita absorpsi atom yang
sangat sempit dan dapat dikatakan bahwa sangat banyak cahaya yang tidak
digunakan atau menyimpang.
Spektrum Zn diamati
pada panjang gelombang 213,4 nm sebelum dan sesudah transmisi melalui
monokromator konvensional. Walaupun lebar pita dari monokromator tidak lebih
kecil dari sebelum transmisi, akan tetapi sampel yang diukur berada dalam daerah
panjang gelombang yang diinginkan. Dengan memilih lampu yang mengandung analit
yang diukur, maka kita dapat mengetahui bahwa panjang gelombang yang digunakan
sama dengan dengan pita absorpsi analit yang diukur. Ini berarti bahwa semua
radiasi yang dipancarkan oleh sumber cahaya dapat diabsorpsi sampel dan hukum
Beer dapat di gunakan. Dengan menggunakan sumber cahaya tunggal, monokromator
konvensional dapat dipakai untuk mengisolasi satu pita spektra saja yang
biasanya disebut dengan pita resonansi. Pita resonansi ini menunjukkan transisi
atom dari keadaan dasar ke keadaan transisi pertama, yang biasanya sangat
sensitif untuk mendeteksi logam yang diukur (Adam Wiryawan., dkk, 2007)
Lampu Katode Berongga (Hollow
Cathode Lamp)
Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang
dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan dalam
pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan
1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2
– 20 mA.
Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur
pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya
bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua
macam, yaitu :
Lampu Katoda
Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam: Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang
lebih menonjol digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat
lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan
bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya
untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah
tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar
masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang
keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila
setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS,
dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya
waktu pemakaian dicatat.
Sumber
radiasi lain yang sering dipakai adalah ”Electrodless Dischcarge Lamp”
lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi mempunyai output
radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As
dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan
tidak stabil
2. Sumber
atomisasi
Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa
nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel
diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang
dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis
nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah
udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini,
kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan dengan
menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.
Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat mengabsorpsi
radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung. Pada umumnya, peralatan
yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju nyala adalah nebulizer
pneumatic yang di hubungkan dengan pembakar (burner). Diagram nebulizer dapat
di lihat pada Gambar. 5. Sebelum menuju nyala, sample mengalir melalui pipa
kapiler dan dinebulisasi oleh aliran gas pengoksidasi sehingga menghasilkan
aerosol. Kemudian, aerosol yang terbentuk bercampur dengan bahan bakar menuju
ke burner. Sample yang menuju burner hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya
(90-95%) menuju tempat pembuangan (drain). Pipa pembuangan selalu berbentuk ”U”
untuk menghindari gas keluar yang dapat menyebabkan ledakan serius. Sample yang
berada pada nyala kemudian diatomisasi, dan cahaya dari lampu katode tabung
dilewatkan melalui nyala. Sample yang berada pada nyala akan menyerap cahaya
tersebut.
1. Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur nyalanya
yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya
bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
2. Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah
membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur
nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo,
Si, So, Ti, V, dan W.
Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu
nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala
mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan
tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal
sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground
state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang
terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan
oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh
atom dalam nyala.
Monokromator
merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan
dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp
4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi
yang diserap oleh permukaan yang peka.
Detector berfungsi untuk mengukur intensitas
radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energy listrik oleh
fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat oleh
alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam deterktor
sebagai berikut:
· Detector Cahaya
atau Detector Foton
Detector foton
bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif
terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
· Detector Infra
Merah dan Detector Panas
Detector infra merah yang lazim adalah
termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki
temperatur berbeda disambung jadi satu.
5. Sistem pengolah
Sistem
pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya
serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem
pembacaan.
6. Sistem pembacaan
Sistem
pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat
dibaca oleh mata.
2.3 Optimasi AAS
Pada peralatan optimasi Spektrofotometri Serapan Atom agar memberikan
wacana dan sejauh mana sensitivitas dan batas deteksi alat terhadap sampel yang
akan dianalisis, optimasi pada peralatan SSA meliputi:
·
Pemilihan
persen (%) pada transmisi
·
Lebar celah
(slith width)
·
Kedudukan
lampu terhadap focus slit
·
Kemampuan
arus lampu Hallow Cathode
·
Kedudukan
panjang gelombang (λ)
·
Set
monokromator untuk memberikan sinyal maksimum
·
Pemilihan
nyala udara tekanan asetilen
·
Kedudukan burner
agar memberikan absorbansi maksimum
·
Kedudukan
atas kecepatan udara tekan
·
Kedudukan
atas kecepatan asetilen.
2.4 Teknik-teknik analisis
Dalam analisa secara spektrometri
teknik yang biasa dipergunakan antara lain:
1.
Metode kurva
kalibrasi
Dalam metode kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standard dengan
berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan
SSA. Selanjutnya membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi
(A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε. B atau
slope = a.b, konsentrasi larutan sampel diukur dan diintropolasi ke dalam kurva
kalibrasi atau di masukkan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva
kalibrasi
2.
Metode
standar tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya
absorbsi larutan standard (Astd) dan absorbsi larutan sampel (Asmp)
diukur dengan spektrofotometri.
Dari hukum Beer diperoleh:
Astd = ε. B. Cstd
Asmp = ε. B. Csmp
ε. B = Astd/Cstd
ε. B = Asmp/Csmp
Sehingga:
Astd/Cstd = Asmp/Csmp
Csmp = (Asmp/Astd).Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standard, konsentrasi
larutan sampel dapat dihitung.
3.
Metode adisi
standard
Metode ini
dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standard. Dalam metode
ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam
labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu, kemudian
diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standard, sedangkan larutan yang
lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah
tertentu larutan standard dan diencerkan seperti pada larutan yang
pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Cx;
AT = k(Cs+Cx)
Keterangan,
Cx
= konsentrasi zat sampel
Cs =
konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax
= Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua
persamaan di atas digabung, akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx)dapat dihitung dengan
mengukur Ax dan AT dengan spektrofotometer. Jika
dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara
AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke
AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx
= Cs x (Ax/-Ax)
2.5 Keunggulan dan Kelemahan SSA
1. Beberapa
keunggulan SSA, yaitu :
a. Sensitivitas
(kepekaan) : cara ini sangat pekat, banyak unsur dapat ditentukan pada kadar
ppm, bahkan beberapa unsur dengan teknik tertentu dapat ditentukan dalam orde
ppb.
b. Selektifitas
: cara ini sangat selektif, sehingga dapat menentukan beberapa unsur sekaligus
dalam suatu larutan cuplikan tanpa perlu pemisahan.
c. Ketelitian
dan Ketepatan : ketelitian SSA relatif baik karena gangguan-gangguan dalam
pengukuran ternyata kurang dibandingkan instrumen lain. Ketepatan SSA cukup
baik, karena sederhananya isyarat dan telitinya hasil pengukuran yang menjadi
dasar pembuatan kurva kalibrasi.
2. Beberapa kelemahan SSA, yaitu :
a.
Beberapa
unsur tidak mudah menghasilkan uap atom dalam keadaan dasar ketika mencapai
nyala, seperti terdisosiasinya senyawa stabil sehingga menghalangi deteksi dan
penetapan, misalnya Al, Mo, Si dan Ti
b.
Beberapa nyala lebih tepat untuk unsure-unsur tertentu, maka bertambahnya contoh
yang akan ditentukan memerlukan tidak hanya satu penukaran sumber cahaya dan
setting teteapi juga penukaran nyala, pembakaran dan sumber gas.
Menurut Umar Ubbe (2003), hubungan antara absorbansi A
dengan konsentrasi zat pengabsorbsi adalah linear. Ada beberapa persyaratan
yang harus diperhatikan supaya hukum Beer dapat dipakai, yaitu syarat
konsentrasi, syarat kimia, syarat cahaya, dan syarat kejernihan.
a. Syarat konsentrasi, pada konsentrasi tinggi (0,01
M) jarak rata-rata diantara zat pengabsorbsi menjadi kecil sehingga
masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan ke tegangannya. Interaksi ini
dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorbsi. Oleh karena itu konsentrasi ini
bergantung konsentrasi yang menyebabkan penyimpangan dari kelinearan hubungan
absorbansi dengan konsentrasi.
b. Syarat kimia, zat pengabsorbsi tidak boleh
terdisosiasi atau beraksi dengan pelarut menghasikan produk pengabsorbsi
spectrum yang berbeda dari zat yang dianalisis
c. Syarat cahaya, Hukum Beer hanya berlaku untuk
cahaya yang monokromatis (cahaya yang memiliki satu panjang gelombang)
d. Syarat kejernihan, Kekeruhan
larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid, menyebabkan
penyimpangan. Sebagian cahaya akan dihamburkan oleh partikel koloid akhirnya
kekuatan cahaya diabsorbsi berkurang.
Supaya hokum Beer dapat
dipakai dengan baik maka :
a. konsentrasi rendah
b. zat yang diukur
harus stabil
c. cahaya yang dipakai
harus monokromatis
d. larutan yang diukur
harus jernih
2.6 Gangguan-gangguan dalam metode AAS
a. Ganguan kimia
Gangguan kimia
terjadi apabila unsur yang dianailsis mengalami
reaksi kimia dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang refraktori,
sehingga tidak semua analiti dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala yang lebih
tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapatmelepaskan kation atau anion
pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lai yang ditambahkan disebut
zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).
b. Gangguang
Matrik
Gangguan ini
terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila pelarut
yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala
untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis
kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat
mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan standar (Standar
Adisi).
c. Gangguan
Ionisasi
Gangguan
ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
electron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini
mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga.
Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur
yang mudah diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang
dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. penambahan ini dapat mencapai 100-2000
ppm.
d. Absorpsi Latar
Belakang (Back Ground)
Absorbsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan
istilah yang digunakan jukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi
oleh nyala api, absorpsi molecular, dan penghamburan cahaya.
2.7 Contoh Analisis
Penentuan Pb dalam campuran
dengan Zn cara kurva baku
o Tujuan percobaan :
1. Menentukan kadar Pb
dalam larutan sampel yang mengandung Zn menggunakan cara kurva baku
2. Mempelajari pengaruh
cara kurva baku terhadap akurasi dan presisi pengukuran Pb
Pendahuluan
Sensitivitas analisis Zn = 0,03 ppm ; sensitivitas analisis Pb = 0,3 ppm. Karena Zn 10 kali lebih sensitif dibandingkan Pb maka akan memerlukan dua macam larutan sampel, yang satu berkonsentrasi 10 kali konsentrasi lainnya. Karena pada konsentrasi ini kedua larutan Zn dan Pb adalah sama.
Sensitivitas analisis Zn = 0,03 ppm ; sensitivitas analisis Pb = 0,3 ppm. Karena Zn 10 kali lebih sensitif dibandingkan Pb maka akan memerlukan dua macam larutan sampel, yang satu berkonsentrasi 10 kali konsentrasi lainnya. Karena pada konsentrasi ini kedua larutan Zn dan Pb adalah sama.
o Prosedur percobaan :
1. Buatlah 500 mL larutan yang menghasilkan 40%T (A =0,4) untuk Pb
(kira-kira 30 ppm Pb)
2. Gunakan larutan ini untuk analisa Pb, yang jika diencerkan 10 kalinya
dapat digunakan untuk menganalisa Zn (kira-kira 3 ppm Zn)
3. Timbang garam Pb yang diperlukan untuk membuat 500 mL larutan sampel
yang mengandung 30 ppm Pb dan 30 pm Zn
4. Masukkan ke erlenmyer 100 mL, tambahkan 10 mL HNO3 pekat, 10 mL akuades
dan 10 mg asam sitrat
5. Panaskan sampai larut, dinginkan dan pindahkan ke labu takar 500 mL
serta encerkan dengan akuades sampai tepat tanda
6. Pipet 10,0 mL larutan ini dan encerkan dengan akuades sampai tepat 100
mL, larutan ini digunakan untuk menganalisis Zn
7. Siapkan larutan baku Pb (10 ; 20 ; 30 ; 40 dan 50 ppm) dan larutan baku
Zn (1 ; 2 ; 3 ; 4 dan 5 ppm)
8. Buat kurva baku untuk masing-masing logam
9. Dengan menggunakan dua larutan yang telah dipersiapkan ( larutan 500 mL
dan 100 mL) tentukan kadar (%) Pb dan Zn dalam sampel menggunakan cara kurva
baku
10. Periksa
kesalahan masing-masing hasil jika kesalahan pembacaan diperkirakan 1%PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada besarnya energi yang diserap oleh
atom-atom netral dalam keadaan gas. Agar intensitas awal
sinar (Po) dan sinar yang diteruskan
(P) dapat diukur, maka energi sinar pengeksitasi
harus sesuai dengan energi eksitasi atom penyerap
dan energi penyerap ini diperoleh
melalui sinar lampu katoda berongga. Lampu katoda berongga
ada yang bersifat single element dan ada yang bersifat multi element.
Salah satu alat yang sangat berperan penting dalam AAS adalah Copper
yang berfungsi untuk membuat sinar yang datang dari sumber sinar berselang – seling sehingga sinar yang dipancarkan
juga akan berselang - seling. AAS memiliki keakuratan
yang tinggi pada analisis kualitatif. Beberapa jenis gangguan
dengan cara AAS pada analisis kuantitatif
·
Gangguan kimia
·
Gangguan matrik
·
Gangguan ionisasi dan
·
Gangguan background
3.2 Saran
Pada saat
praktek menggunakan alat spektrofotometer serapan atom perlu adanya kerjasama
antara praktikan dan pembimbing agar praktikan dapat
memahami dan mampu menggunakan alat dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
elisa1.ugm.ac.id/files/Arie_BS/fLBIGSYh/05_AAS.ppt
http://gusti-muhammadh.blogspot.co.id/2012/05/aas-atomic-absorbtion-spektrofotometer.html
GreatAssignmentHelp.com has a group of capable and experienced authors in market analysis. Our group has experts with marketing and correspondence industry experience, who are centered around helping students tirelessly with their homework. Our groups of Market Analysis Assignment Help chip away at the basics.
BalasHapusIt is not a big problem if you are facing some technical issues with your Quickbooks subscription lately. You can get resolution of all issues related to Quickbooks by merely contacting our Quickbooks support center. quickbooks online
BalasHapus